Minggu, 30 Januari 2011

TEKNOLOGI SILASE


Latar Belakang
            Di daerah tropik biasa terjadi dua musim yaitu musim basah (banyak hujan) dan musim kering (kemarau). Penanganan pengolahan hijauan makanan ternak yang dapat dijadikan pesediaan di musim kering patut mendapat perhatian lebih, terutama di wilayah yang mengalami musim kering-kemarau panjang.
Produksi hijauan yang melimpah biasanya terjadi pada musim hujan. Untuk mengantisipasi kebutuhan pakan pada musim kekurangan pakan dapat dilakukan pengawetan hijauan makanan ternak. Hijauan dipanen kemudian dikeringkan atau dibuat silase sehingga dapat disimpan untuk digunakan pada masa sulit hijauan. Proses ensilase memerlukan kondisi hijauan yang mempunyai kandungan air antara 40 - 60 % sebelum ditutup dalam suasana anaerob.
            Masalah yang dihadapi dalam pengawetan hijauan makanan ternak adalah diperlukannya proses pengeringan untuk mengurangi kadar air hijauan sehingga tidak dapat cepat rusak. Pengeringan hijauan dengan menggunakan sinar matahari sangat tergantung pada keadaan cuaca.Bisa dengan menggunakan alat dalam  proses pengeringan.
Silage adalah hijauan makanan ternak  yang tersimpan di silo dan telah mengalami fermentasi dalam suasana Anaerobi. Silo adalah tempat menyimpan silage tempat ini tak tembus udara atau hampir sempurna tak tembus udara.
            Proses ensilase ini terjadi karena bakteri-bakteri pembentuk asam susu, yakni bakteri Lactis acidi dan streptococcus yang hidup anaerob pada pH 4. Oleh sebab itu keadaan atau media semacam itu secepat mungkin diciptakan, agar proses ensilase segera berlangsung sebelum bahan hijauan itu dirusak oleh bakteri pembusuk dan jamur. Untuk dapat menciptakan keadaan tersebut ialah dengan jalan mengusahakan suasana anaerob dan suasana asam. Maka pada saat suasana anaerob, dimana sisa udara sudah dipakai atau dikeluarkan dengan cara menimbun hijauan yang padat dalam silo, maka pernapasan kegiatan ensym (fermentasi dan proteolisasi) menurun, tetapi kegiatan bakteri meningkat. Sehingga pada saat tertentu O2 akan habis terpakai oleh pernapasan sel-sel tanaman, akhirnya pernapasan berhenti. Dalam keadaan demikian jamur tak dapat tumbuh, tetapi bakteri masih aktif bekerja, menghasilkan asam organic. Dengan naiknya keasaman, berarti penurunan pH, bakteri kegiatannya akan terhambat. Pada pH 4, kegiatan bakteri berhenti dan pada saat tersebut proses ensilase telah selesai. Bila udara dan air tak masuk ke dalam silo, maka silase dapat tahan lama dalam penyimpanan.

Tujuan
1. Untuk mengatasi persediaan makanan ternak di musim kemarau panjang atau musim paceklik.
2.  Untuk menampung kelebihan produksi hijauan makanan ternak.
3. Mendayagunakan (memanfaatkan) hasil sisa pertanian ataupun hasil             ikutan  pertanian.
4. Memanfaatkan hijauan pada saat pertumbuhan terbaik, yang mana pada saat itu belum dipergunakan.

PROSES PEMBUATAN SILASE
1. Persiapan
Bahan-bahan yang perlu disiapkan adalah:
a. Tetes tebu (melase)       : 3 % dari bahan silase
b. Dedak halus                   : 5 % dari bahan silase
c .Menir                              : 3,5 % dari bahan silase
d. Onggok                          : 3 % dari bahan silase
e. Hijauan atau rumput sebagai bahan silase
f. Lubang atau kantong plastik tempat hijauan dimasukan sebagai silo.


2. Proses pengisian
a. Hijauan yang akan disimpan dipotong pendek 5 cm – 10 cm, agar bisa tersusun rapat    dan padat, kemudian dicampur secara merata dengan bahan pengawet seperti: melase, dedak halus dan lain sebagainya.
b. Bahan tersebut kemudian dimasukan kedalam silo dan sekaligus dipadatkan sedikit demi sedikit secara bertahap.
c. Bahan ini akhirnya diisikan sampai melebihi permukaan silo; hal ini dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan adanya penyusutan volume, supaya tak terjadi cekungan pada permukaan.

3.  Penutupan
a. Sesudah selesai melakukan pengisian bahan ke dalam silo, ditutup rapat agar oksigen dan air tidak dapat masuk.
b. Pada penutupan pertama diberikan lembaran plastik, kemudian ditutup dengan tanah setebal yang diperlukan atau secukupnya.
c. Setelah penutupan tadi di atasnya diberi pemberat seperti batu, atau kantong plastik yang diisi dengan tanah.

4. Cara pengambilan silase
a. Setelah enam sampai delapan (6 – 8) minggu proses ensilase telah selesai, dan silo sudah dapat dibongkar untuk diambil silasenya. Hal ini tergantung kebutuhan, sebab proses pembuatan yang benar  dan silo yang baik maka silase itu bisa bertahan sampai bertahun-tahun, 2 - 3 tahun, bahkan belasan tahun.
b. Silase diambil secukupnya saja, misalnya untuk persediaan 5 - 7 hari.
c. Silase yang baru diambil hendaknya diangin-anginkan atau dijemur terlebih dahulu.
d. Setelah pengambilan silase, mulut silo harus ditutup kembali dengan rapat.

5. Ciri-ciri silase yang baik.
a. Rasa dan baunya asam
b. Warnanya masih tetap hijau
c. Tekstur rumput masih jelas
d. Tidak berjamur, tidak berlendir dan  juga tidak menggumpal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar